Dua Dunia

Ini adalah novelku yang pertama. Enjoy...

Saturday, June 18, 2005

BAB 24 HARDI

Apa maksudnya semua ini Tuhan? Kau tahu aku tidak pernah mengimpikan semua yang terpapar di hadapanku saat ini. Aku tidak pernah mengharapkan pertanyaan seperti itu diajukan kepadaku. Selama ini aku memang selalu menghindarinya. Untuk apa aku mempertanyakan semua hal itu? Semua itu memang tidak penting. Aku tidak suka perubahan. Perubahan selalu membuat riak, riak menjadi gelombang, dan gelombang menjadi badai. Aku hanya seorang manusia sederhana yang ingin hidup tenang.

Sejak malam di saat ia menangis pertama kali di telepon, aku sudah merasakan sesuatu, suatu perasaan lain di hatiku terhadapnya. Tentu saja perasaan itu aku bunuh seketika, lagi pula ia adalah klienku. Perasaan seperti itu hanya akan membuat aku tidak objektif dalam membantunya. Tanpa itu bisa saja aku jadi bertindak tidak rasional yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri.

Namun di kala sepi, kadang aku sedikit nakal untuk berani bertanya dalam diriku sendiri. Apa sepertinya arti dirinya bagiku. Ia menyenangkan. Ia bisa membuat diriku ceria. Ia sering tertawa. Tentu saja bukan berarti aku sendiri orang yang menyedihkan. Namun memang ada sisi-sisi dari dirinya yang tidak ada padaku. Orang biasa bilang itu adalah opposite attraction. Tapi apakah itu berarti aku mencintainya? Jangankan mencintai, suka pun belum tentu. Ia bukan tipeku, fisik maupun pribadinya. Aku rasa aku akan lebih pas dengan orang seperti Mbak Maria. Meskipun berbeda Mbak Maria bisa mengerti aku dan begitu pula sebaliknya. Kami juga memiliki perhatian yang sama terhadap kemanusiaan. Kadang aku malah berpikir ia terlalu mirip dengan diriku. Kami bahkan bisa menebak isi hati masing-masing. Hanya saja memang tak pernah ada rasa ketertarikan di antara kami berdua. Mungkin karena kami memang terlalu serupa, sehingga melihat satu sama lain seperti memandang diri sendiri. Tapi kupikir jika suatu saat aku menikah, aku hanya akan menikah dengan perempuan setipe denganku. Aku tak terbayangkan menikah dengan perempuan yang bertolak belakang denganku. Tak terbayangkan perkelahian rumah tangga yang harus kulalui.

Kadang kala aku merindukan kehadirannya. Meskipun di awal mula keberadaannya menjadi sebuah gangguan kecil dalam hidupku, lama kelamaan aku menjadi terbiasa dengan gangguan kecil tersebut, bahkan merindukannya. Tentu saja aku tidak pernah mengatakan hal ini kepadanya. Sampai saat ini aku masih menempatkan diriku menjadi seorang pelindung baginya yang tentu saja tidak boleh terlihat lemah.

Di luar itu semua aku sangat menyayanginya. Aku menjadi klien favoritku, sesuatu yang terlarang sebetulnya, mengistimewakan satu klien terhadap yang lainnya. Meskipun di mulut aku mengakuinya sebagai seorang teman, namun aku tidak bisa melepaskan diri dari kebiasaanku sebagai konselor baginya. Aku selalu berusaha menganalisis dirinya. Ia menjadi semacam mainan favorit bagiku yang selalu kujaga dan sekali-kali bahkan aku utak-atik. Aku merasa aku tidak bisa mencintainya lebih dari itu. Ia memang istimewa, but not that special.

Pertanyaannya hari ini bagaikan geledek yang menyambar di siang bolong. Ia telah membuka front di daerah kelemahanku. Mengapa ia mengajukan pertanyaan seperti itu? Apakah ia mengharapkanku? Atau mungkinkah ia sekedar mengujiku. Atau malah ia ingin menjebakku! Apa? Apa maksudnya?

Kuputar otakku untuk mencari kemungkinan semua skenario yang mungkin. Aku pikir aku selama ini cukup menjaga diriku dalam berhubungan dengannya. Aku tidak pernah melakukan sesuatu hal pun yang mungkin bisa ditafsirkan lain oleh dirinya. Tidak mungkin ia jatuh cinta kepadaku. Tidak mungkin! Bisa jadi ia sedang mengujiku juga. Cuma saja aku tidak tahu kriteria apa yang sedang diujikan. Apakah ia menguji aku sebagai prospek pacar baru, atau malah sebaliknya seorang kakak yang bisa melindungi tanpa daya tarik seksual sama sekali. Apa pun skenarionya, nampaknya aku sedang berada dalam sebuah pusaran permainan yang dibentuk olehnya. Oh God, I hate it! Aku benci berada dalam permainan orang lain. Aku tidak suka jika ada orang lain yang mengontrol hidupku.

Bagaimana sekarang aku harus bersikap kepadanya? Seperti yang aku katakan tadi pagi mungkin. Sebagai seorang kakak yang akan menjaganya. Ya, sebagai seorang kakak. Permainan ini akan kulanjutkan dengan peran sebagai seorang kakak. Kupikir peran ini tidak sulit, karena aku toh memang menyayanginya. Aku tidak pura-pura dalam hal itu.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

What a great site » »

8:31 PM  

Post a Comment

<< Home