Dua Dunia

Ini adalah novelku yang pertama. Enjoy...

Monday, June 06, 2005

BAB 20 DWINA

Mungkin ia memang bisa diandalkan. Paling tidak ia kelihatan cukup tulus. Perlahan-lahan mungkin aku bisa berbagi beban dengannya. Kita lihat saja nanti.
Aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Kakak, kita mau jalan-jalan kemana?
Kak, jangan cepat-cepat larinya.
Kak, pegangan dong, aku takut jatuh.
Kak, gendong…
Di mana kita sekarang? Wah, di tepi danau. Airnya dingin sekali Kak. Aku ingin mandi tapi kayaknya terlalu dingin deh. Kita lihat-lihat angsa saja yah. O yah, Kak, boleh minta roti bekal kita sedikit. Aku mau ngasih makan angsa…
Ih, lucunya.
Angsa-angsa kecil yang manis. Putih sekali. Seperti salju. Kalau sudah besar pasti cantik seperti indukmu. Makanya makannya yang banyak yah, biar cepat
besar.
Kak, buat kapal-kapalan yuk. Yang besar ya, dan kuat. Aku nggak mau kalau kapalnya cepat tenggelam. Buat dua, satu buat aku, satu buat kakak. Eh nggak usah deh, satu saja, tapi yang besaaaaar sekali biar muat untuk kita berdua.
Kakak harus menemaniku terus yah sampai aku dewasa. Nanti kalau aku sudah dewasa pasti aku akan cari pacar yang baik seperti kakak. Aku mendingan nggak punya pacar, kalau nggak ketemu yang sebaik kakak. Pokoknya kakak harus nemenin aku terus.
Eh, itu ada perahu. Kita naik perahu betulan yuk. Kakak nggak bisa mendayung? Ayolah kak… Aku ingin naik perahu. Ayo kak…
Wah, asyik sekali! Ke tengah lagi kak. Bahaya? Nggak mau, pokoknya mau main yang jauh. Aku mau ngelepas kapal kertasnya di tengah danau.
Kak, jangan sampai goyang dong, aku kan takut. Ya, begitu. Aku mau ngelepas perahunya sekarang. Ah, kak…, tolong! Ah jadi kepleset deh. Tolong lepasin perahu kertasnya dong kak, aku takut perahunya goyang.
Wah kapal-kapalannya bocor, diambil lagi dong kak,
kita buat lagi kapal-kapalan yang baru.
Kaaaaaak! Kaaaak! Tolooooong!
Kaaakkkaaaaak!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home