Dua Dunia

Ini adalah novelku yang pertama. Enjoy...

Monday, June 06, 2005

BAB 17 HARDI

Sudah seminggu ini aku ada kegiatan baru. Ya apa lagi. Nongkrong di warung tenda Cilaki. Nggak makan sih. Cuma duduk-duduk dibawah pohon. Untuk mengusir kebosanan aku membawa novel tentunya. Ini hari yang kelima.

Empat hari tanpa hasil. Mungkin ia tak sesering itu main ke sini. Bagaimana kalau ternyata hanya sebulan sekali. Bah, paling tidak aku harus menunggunya sampai dua minggu lagi. Mudah-mudahan tidak. Dari keterangan yang kukumpulkan dari pedagang dan tukang parkir situ, katanya, datangnya tidak tentu. Dulu si non, sapaan mereka kepada Dwina, cukup sering ke situ, bersama dengan pacarnya, naik motor. Mereka ingat betul sebab pernah ada sedikit insiden lucu. Si non, pernah kalah taruhan sama pacarnya, dan sebab itu ia harus jadi tukang parkir! Si non gelagapan, tapi toh akhirnya biasa juga. Sejak itu mereka kenal dengan para tukang parkir di sekitar situ dan saling bertegur sapa. Tapi, menurut keterangan mereka juga, sudah sejak beberapa lama, si non sudah agak jarang ke situ. Datangnya tidak tentu. Masih sering dengan pacarnya. Kadang dengan teman-temannya. Tidak bisa ditebaklah pokoknya.

Ya, hari kelima. Hari ini aku membawa novel Frederick Forsyte. Biar nggak terlalu terbawa perasaan. Lumayan baca bacaan tegang untuk mengendurkan urat syarafku. Kubiarkan diriku hanyut dalam perseteruan antar mata-mata dan antar negara. Paling tidak aku bisa sedikit melupakan masalahku.

Novelku sudah habis, habis dalam lima malam. Kupandangi tamu-tamu warung di situ sebagai ganti pengusir bosan. Kebanyakan mereka datang berdua. Tujuh puluh persen. Entah berdua dengan pacar atau selingkuhan atau simpanan aku tidak tahu, dan lebih tepat lagi aku tidak peduli. Ada yang mesra ada juga yang sedikit cuek. Yang mesra bahkan ada yang sampai sepiring berdua, bahkan sesendok berdua. Romantis, tapi tidak higienis. Mudah-mudahan saja mereka sudah check-up. Kalau tidak, selamat, Anda tertular Hepatitis-B! Ada sebagian lain yang datang beramai-ramai, termasuk bersama keluarga. Biasanya rombongan mahasiswa atau pelajar. Orang kantoran kadang-kadang, lebih sedikit porsinya. Kumpulan ini kurang lebih memenuhi dua puluh persen. Sisanya datang sendiri. Kelompok yang terakhir ini tipikal. Membawa backpack, dan biasanya ditemani buku bacaan. Garpu di tangan kanan, dan buku di tangan kiri, kalau ia tidak kidal. Kalau mereka tidak sedang tenggelam dalam bacaannya, mereka mengamati sekitarnya. Beberapa orang bertemu pandang denganku dan sempat saling melontarkan senyum, menyadari kehadiran masing-masing.

Malam ini ia juga tak datang.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

I have been looking for sites like this for a long time. Thank you! »

3:39 PM  

Post a Comment

<< Home