Dua Dunia

Ini adalah novelku yang pertama. Enjoy...

Tuesday, May 31, 2005

Bab 2 HARDI

Kubuka kedua mataku perlahan, hari masih gelap rupanya. Kuangkat pergelangan tanganku untuk melihat jam tangan yang selalu kupakai walaupun sedang tidur, seakan aku butuh untuk tahu jam berapa ketika sedang bermimpi. Pukul lima tepat, kulihat dari jarum arloji berfosfor yang memang kubeli untuk keperluan seperti ini, melihat jam tanpa perlu menyalakan lampu. Seperti biasanya malaikat pelindungku selalu membangunkanku tepat pukul lima untuk bisa menghadiri misa pagi di kapel. Aku pun segera bangkit lalu menyambar handuk dan sikat gigi. Sekeluarku dari kamarku, terasa sekali udara masih sangat dingin. Untuk yang tidak biasa mandi pagi, udara seperti ini bisa mengurungkan niat untuk menyentuh air. Sebagai seorang anak kos, tentunya air panas merupakan sebuah kemewahan, karena hanya air dinginlah yang tersedia. Kecuali kalau mau bangun pagi-pagi sekali untuk menjerang air panas. Dan aku termasuk yang lebih baik menjajal air dingin langsung ketimbang harus menjerang air terlebih dahulu. Sudah menjadi hal yang diketahui umum bahwa air dingin hanya dingin pada guyuran pertama. Sesudah itu sebenarnya tidak begitu dingin lagi, apalagi kalau sudah terbiasa setiap hari.

Byur… Segar…!! A nice way to start a new day! Rasa-rasa kantuk yang masih menempel sedikit langsung melayang. Entah kenapa di benakku terbayang sebuah muka. Dwina. Muka yang belum begitu kukenal, tapi entah mengapa mulai menempel. Apakah karena ia cantik? Tidak juga. Menarik? Sedikit mungkin, tapi nggak juga kupikir. Cuma rasanya aku sudah mengenal dia sejak lama. Sebuah perasaan dekat yang tidak bisa dijelaskan. Kalau aku seorang Buddhis pasti aku sudah berpikir bahwa aku pasti sudah mengenalnya di kehidupan sebelumnya. Rasa penasaran bercampur dengan rasa suka (mungkin…). Tanpa sengaja aku tersenyum sendiri. Ah… jadi malu sendiri.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home